Sejak kapan rel kereta api di Stasiun Rawa Buaya, Jakarta Barat, digunakan untuk pengobatan masih belum jelas. Mereka yang memanfaatkan aliran listrik di rel untuk menyembuhkan penyakit ini, saat ditanya, memiliki jawaban berbeda-beda.
Mulyati (50) misalnya, mengatakan sudah hampir 2 tahun pengobatan yang cukup membahayakan nyawa ini dilakoni masyarakat. Dia menyebut seorang pria yang biasa disapa Pak Haji sebagai orang pertama yang menemukan cara pengobatan ini.
"Pak haji yang pertama. Saya lupa nama aslinya," kata Mulyati kepada detikcom, Selasa (18/7/2011).
Warga Semanan, Kalideres ini sudah mulai terapi aliran listrik sejak 1 tahun lalu. Saat ini Mulyati mengaku penyakit yang dideritanya secara perlahan sudah mulai membaik. "Sakit gula, asam urat sudah enakan," katanya sambil tiduran di rel.
Berbeda dalam hitungan waktu, Yanti (35) mengungkapkan jika terapi di rel pertama kali dilakukan sekitar 1,5 tahun lalu. Namun dia tidak mengetahui siapa pelopor cara pengobatan seperti ini.
Hal berbeda diutarakan Karsem (45), dengan yakin dia menyebut terapi di rel baru dilakukan masyarakat setempat dan sekitarnya sejak 1 tahun lalu. Ketika ditanya siapa yang menemukan Karsem geleng kepala.
"Setahu saya 1 tahun lalu," katanya.
Kabar terapi di rel Rawa Buaya sepertinya sudah menyebar di masyarakat. Setiap hari ada saja yang datang. Terlebih mereka yang sudah lebih awal mencoba, mengakui khasiat dari aliran listrik ini.
(did/irw)
Setiap harinya, pria, wanita, tua dan muda berbaring di rel kereta api Rawa Buaya, Jakarta Barat. Mereka percaya cara tersebut dapat mengobati berbagai macam penyakit.
sumber :http://www.detiknews.com/read/2011/07/20/090949/1684818/10/penemu-terapi-di-rel-ka-rawa-buaya-masih-misterius?9911012
0 comments:
Posting Komentar